Monday, January 15, 2018

Para Filsuf dan Pandangannya Berhubungan dengan Filsafat Bahasa

Beberapa minggu yang lalu, saya telah memposting sebuah artikel dengan judul Filsafat, Filsafat Ilmu, dan Filsafat Bahasa. Postingan itu adalah sedikit potongan dari tugas akhir semester pada mata kuliah Filsafat Bahasa di kampus saya. Di dalamnya, telah dijelaskan bahwa Filsafat Bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat yang berkeinginan untuk menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Nah, pada postingan kali ini, saya ingin memberikan sedikit lanjutan dari tugas kuliah yang saya maksudkan tadi. Masih mengenai Filsafat Bahasa, tapi kali ini lebih terfokus ke filsuf dan pandangan-pandangannya dalam filsafat bahasa. Berikut:

1. John Locke 


John Locke adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu. Kemudian Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

Dalam teorinya tentang The Nature of Language, dia mengemukakan bahwa bahasa adalah media yang memungkinkan kita untuk mengungkapkan pikiran kepada orang lain. Dan lebih lanjut, dia juga mengungkapkan bahwa hakikat dari bahasa adalah ditentukan oleh fungsi yang dimana bahasa berfungsi adalah untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran di dalam proses komunikasi.

2. Gottlob Frege


Friedrich Ludwig Gottlob Frege adalah seorang matematikawan, logikawan, dan filsuf asal Jerman. Gottlob Frege terkenal sebagai salah satu pendiri logika modern dan memberikan konstribusi besar pada bidang matematika. Oleh karena itu Gotlobb Frege mendapat julukan sebagai bapak filsuf analitik

Temuan paling penting Frege dalam dunia filsafat adalah tentang arti (sense) dan acuan (reference). Dalam bahasa, sense dan reference menjadi sangat penting dan tanpanya, bahasa tidak lain hanya membicarakan kekosongan. Sense atau arti dari suatu hal mengacu pada referensi tentang konsep yang sebelumnya telah ditanamkan ke dalam pikiran. Semisal, kata “Buku” adalah sebuah konsep. Sebelum menjadi sebuah konsep yang jelas, kata “Buku” hanyalah merupakan sebuah pengertian yang dibentuk oleh pikiran. Kemudian kata “Buku” diberi referensi berupa sebuah benda, maka terciptalah sense manusia tentang apa  sebenarnya buku itu.  Maka saat membicarakan tentang buku, tidak musti lagi menghadirkan buku agar tercipta pemahaman makna, karena kata “Buku” sudah menjadi konsep yang jelas di dalam pikiran manusia dengan adanya sense dan referensinya.

3. Bertrand Russell


Bertrand Arthur William Russell adalah seorang filsuf dan ahli matematika ternama Britania Raya. Dia menulis banyak sekali buku dan brosur tentang berbagai masalah, antara lain filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama dan politik. Sumbangan terbesarnya di bidang ilmiah adalah di bidang logika matematika.

Menurut Russell dalam teorinya tentang Definite Description, dunia memiliki fakta-fakta atomis. Dalam hal ini dia berpedapat, kalimat akan dikatakan bermakna jika kalimat tersebut berhubungan langsung dengan fakta-fakta atomic. Russell menganalisis sebuah kalimat secara abstrak dengan menjadikan kalimat tersebut sebagai objek pada dirinya yang lepas dari konsteks penggunaan. Teori Russell bertitik tolak pada masalah kalimat yang memiliki uraian pasti (definite descriptions) tanpa objek yang berkaitan. Contoh yang dibincangkannya adalah kalimat “Raja Perancis botak”. Menurut Russell, kalimat ini merupakan kalimat yang bermakna tetapi tidak dapat dipastikan kebermaknaannya karena faktanya Raja Perancis tidak ada. Dengan demikian, kalimat itu tidak memberikan proposisi apa pun, dan selanjutnya tidak dapat disahkan benar tidaknya predikatnya. Namun lebih lanjut bagi Russell, kalimat "Raja Prancis botak" tetap bermakna hanya saja ia gagal memberikan acuan sehingga nilainya salah.

4. Saul Kripke


Saul Aaron Kripke adalah seorang filsuf Amerika dan ahli logika. Dia adalah seorang professor emeritus di Princeton dan menjadi Professor Filsafat di CUNY Graduate Center Sejak 1960-an. Kripke juga adalah tokoh sentral dalam sejumlah bidang yang berkaitan dengan logika matematika, filsafat bahasa, Filsafat Matematika, metafisika, dan epistemology. Karyanya sangat mempengaruhi filsafat analitik dan kontribusinya yang terpenting adalah sebuah deskripsi modalitas  metafisika yang sekarang disebut sebagai semantik Kripke.

Ketika membahas tentang (proper name), kripke menggunakan istilah penanda, baik untuk proper names maupun define descriptions, dan menyebut proper name sebagai name, tetapi tidak pernah menyebut define description sebagai name. Kripke juga menjelaskan bahwa rigid designator merupakan name, atau frase yang mengacu dan mewakili objek yang sama pada setiap kemungkinan atau situasi yang bisa terjadi di dunia. Contoh, harimau dan macan tutul dapat dikategorikan sebagai kucing.

5. Willard Van Orman Quine


Willard Van Orman Quine adalah seorang filsuf Amerika dan ahli logika dalam tradisi analitikIa telah menghasilkan karya yang sangat orisinil dan penting di beberapa bidang filsafat, termasuk logika, ontologi, epistemologi, dan filsafat bahasa. Pada tahun 1950 ia telah mengembangkan pandangan filosofis yang komprehensif dan sistematis yang bersifat naturalistik, empiris, dan behavioris. Dengan memahami filosofi sebagai perpanjangan sains, dia menolak fondasionalisme epistemologis, usaha untuk mendasarkan pengetahuan tentang dunia luar pada pengalaman mental yang transenden dan memvalidasi sendiri. Tugas yang tepat dari "epistemologi naturalisasi", seperti yang dia lihat, hanyalah memberikan penjelasan psikologis tentang bagaimana pengetahuan ilmiah benar-benar diperoleh.

Dalam teori de re and de dicto modality. De re berkaitan dengan sifat-sifat dari hal yang disebutkan dalam pernyataan maupun ungkapan. Dan bukan bentuk dari pernyataan dan ungkapan sendiri. sedangkan de dicto berkaitan dengan bentuk pernyataan atau ungkapan. Quine menjelaskan perbedaan antara predikat dan operator dimana predikat digunakan untuk menjelaskan objek yang diikutinya, sedangkan operator menyesuaikan dan menggabungkan kalimat.


Sekian! Semoga bermanfaat! Mohon saran jika ada kekeliruan! Yah, Begitulah!

1 comment: